Traumakustik: Speaker Lokal yang Lahir dari “Keistimewaan” Penciptanya

Traumakustik: Speaker Lokal yang Lahir dari “Keistimewaan” Penciptanya

Interview

29 Sep 2025

Fakhrizal M

Indra Irawan, Owner Traumakustik
Indra Irawan, Owner Traumakustik
Indra Irawan, Owner Traumakustik

Bagi para pecinta audio, telinga adalah alat panca indra yang sangat penting untuk menikmati hobinya. Namun, bagi Indra Irawan, telinga bukan sekadar untuk menikmati hobinya saja, tetapi juga menjadi aset berharga untuk menciptakan speaker buatannya sendiri, yang diberi nama merek Traumakustik.

Bahkan, speaker ciptaannya yang hanya bermodalkan pengukuran lewat pendengaran itu, bisa menjuarai sebuah kompetisi desain DIY Loudspeaker. Lalu, bagaimana ceritanya hingga Indra bisa berhasil menciptakan speaker sendiri dan membangun merek sendiri bernama Traumakustik? 

Dalam rangka menuju JIAVS 2025, Tim Logisonic berkesempatan untuk bertemu bersama Indra dan berbagi banyak cerita seputar hobi audio, pengalaman membuat speaker, hingga membangun Traumakustik. Penasaran bagaimana interview kami bersama Indra Irawan? Simak selengkapnya berikut ini! 

Hobi Audio Sejak Usia Sekolah

Koleksi Reels Indra Irawan Traumakusitk

Indra Irawan terlahir dari keluarga yang mencintai musik. Ia sudah mulai mendengarkan lagu-lagu kesenangan ayahnya sejak kecil, sehingga kecintaan terhadap musik sudah sangat terbentuk.

Memasuki usia SMP, ketertarikan pada musik berkembang menjadi ketertarikan terhadap audio. Indra mengungkapkan kecintaannya terhadap audio, terutama speaker itu karena bentuknya yang menarik.

“Zaman-zamannya dulu itu kan, driver itu mengkilap, ada coating, segala macem, so special kalau kita lihat,” ucap Indra. 

Selain tertarik dengan speaker, Indra juga mencintai hal-hal lainnya yang berkaitan dengan audio. Salah satunya adalah bermain musik. Bahkan, Indra mendedikasikan satu lantai di rumahnya sebagai studio musik dan tempat koleksi berbagai alat musiknya. 

Tak cukup di situ, kecintaan Indra terhadap dunia audio juga dituangkan pada koleksi reel tape player. Ini adalah alat pemutar musik kuno yang sudah ada sejak tahun 1920-an. 

“Pertama saya suka lihat reel itu, modelnya. Kok gagah ya ada pita muter segede gitu. Itu aja sih awalnya,” ungkap Indra saat menunjukkan beberapa koleksi reel yang ia miliki. 

Meskipun akhirnya, Indra melanjutkan sekolah dan bekerja di bidang yang tidak ada hubungannya dengan musik dan audio, kecintaan Indra terhadap audio tidak luntur. Bahkan, hobinya dalam membuat speaker terus dilanjutkan hingga kini, sampai bisa menciptakan merek sendiri bernama Traumakustik.

Proses Membuat Speaker Sendiri dan Keistimewaan Pendengaran

alat musik Indra Irawan

Pengalaman membuat speaker sudah dimulai sejak Indra duduk di bangku kelas 2 SMP sekitar tahun 1985. Awalnya, Indra hanya membuat dan mengulik tanpa tahu cara membuat speaker yang baik agar bisa mengeluarkan suara yang diharapkan. 

Hingga akhirnya, lebih dari 10 tahun berselang, Indra menemukan tolok ukur speaker yang baik itu seperti apa. 

“Saya inget bener itu, kurang lebih di tahun 1996, baru saya menemukan bahwa reproduksi loudspeaker yang bener itu, benchmark-nya seperti itu,” ucap Indra sambil menunjuk sepasang speaker bookshelf yang ia pajang di ruangannya.

Speaker itu adalah Celestion SL-600, sebuah speaker keluaran tahun 1980an, yang ia dapat sebagai pemberian dari ayahnya. 

Sejak saat itu Indra terus mencoba membuat speaker meskipun mengalami gagal berkali-kali. Mulai dari membuat jebol woofer, hingga membuat jebol tweeter, semua sudah dilalui oleh Indra. Namun, proses itu yang menurutnya adalah kesenangan. 

“Zaman sekarang kalau mau bikin loudspeaker tinggal googling aja, (tapi) zaman dulu kan gak ada, yang ada, masuk toko elektronik, tanya-tanya,” ucap Indra. “Artinya secara experience, itu yang mahal.”

Maka dari itu, ketika membuat speaker, Indra membutuhkan waktu yang panjang, dan koreksi berkali-kali. Indra lebih mengutamakan untuk benar-benar memahami dulu tentang komponen-komponen speaker, dan bereksperimen untuk mendapatkan suara yang terbaik.

Misalnya, saat membuat speaker Traumakustik Son, Indra membutuhkan 27 kali revisi crossover dan revisi kabinet satu kali sebelum akhirnya bisa dipamerkan. 

Menariknya, Indra hanya mengandalkan pendengarannya untuk memutuskan bahwa speaker membutuhkan revisi atau tidak. Biasanya, setelah membuat speaker, Indra akan menyimpannya terlebih dahulu, lalu di kemudian hari kembali mendengarkannya lagi untuk menemukan, apakah suaranya sudah sesuai atau tidak dengan yang diharapkan.

“Karena kan telinga juga butuh istirahat untuk restart lagi, untuk bisa flat lagi,” ucap Indra. “Nah, itulah yang bikin lama.”

Dengan bermodalkan pendengaran itu, Indra bisa mengetahui kekurangan speaker-nya ada di frekuensi mana, bagian mana yang harus dibuat balance lagi, dan seperti itu seterusnya hingga suara yang dihasilkan sudah sesuai.

“Alhamdulillah saya punya talenta pendengaran yang bisa menganalisa. Itulah yang memudahkan saya (dalam membuat speaker),” ucap Indra.

Selain itu, hobinya dalam bermain musik sejak kecil memberikan pengaruh yang besar terhadap prosesnya dalam membuat speaker. Indra menjadikan suara dari alat-alat musik yang sering ia mainkan sebagai referensi. Maka dari itu, dalam membuat speaker Indra mengutamakan untuk mengejar reproduksi suara yang natural seperti alat musik aslinya.

“Dalam membuat speaker, saya lebih berpatokan ke alat-alat (musik) aslinya, dan itu lebih mudah saya pelajari. Kebetulan kan saya emang main musik dari jaman SMP.” ucap Indra.

Traumakustik dan Idealisme Sebagai Merek Lokal

Indra Irawan dengan Speaker Traumakustik Siwa

Setelah berhasil menciptakan speaker yang enak untuk didengar dan layak untuk dipasarkan, Indra mulai membangun mereknya sendiri. Nama Traumakustik dipilih sebagai merek untuk dipasarkan. 

Pemilihan nama Traumakustik terinspirasi dari frasa trauma akustik yang merujuk pada makna gangguan atau cedera pada pendengaran. Dengan nama ini, Indra mengakui kalau orang-orang yang seperti dirinya adalah orang “sakit telinga” pada makna yang positif.

“Kami-kami ini orang yang telinganya sakit, yang pendengarannya rewel,” ucap Indra.

Selain sebagai pengakuan diri, dengan menggunakan nama Traumakustik juga Indra punya harapan besar, yang mana orang-orang yang sudah mendengarkan speaker buatannya, mereka trauma untuk mendengarkannya lagi, karena saking enaknya suara yang dihasilkan. 

“Ya, mudah-mudahan tercapai, dan alhamdulillah banyak yang bilang juga kalau mereka trauma abis dengerinnya,” lanjut Indra diiringi gelak tawa.

Hasil dari kegigihan dalam membuat speaker sendiri dan talenta pendengaran yang dimiliki akhirnya melahirkan karya-karya yang hebat. Bahkan karya-karyanya juga diapresiasi oleh orang-orang dari luar Indonesia, hingga pernah ditawari untuk diakuisisi oleh merek asing. 

“Dulu sempet ada ditawarin investor, syaratnya cuma harus ganti benderanya. Ada dua nih, Italia sama Amerika. Sempat tergiur juga ya, artinya pada saat itu kan tidak menutup kemungkinan akan lebih baik.” Ucapnya.

Namun, idealisme Indra hingga saat ini masih teguh untuk berdiri sendiri dan mengangkat nama Indonesia ke kancah internasional.

“Tapi, saya cuma bisa bilang, saya inginnya ada speaker buatan Indonesia yang mendunia, yang diakui secara kualitas dan segala macamnya,” ucap Indra.

Kehadiran di JIAVS 2025

Speaker Traumakustik Siwa

Untuk hadir ke JIAVS 2025, Indra Irawan dan Traumakustik sudah menyiapkan satu pasang speaker kelas high end, bernama Siwa. Indra mengungkapkan bahwa speaker Siwa ini dibuat kurang lebih selama 3 tahun dan masih dalam tahap penyempurnaan. 

Meskipun driver yang digunakan terlihat banyak, tetapi speaker ini adalah 4-way. Ada pun semua driver yang digunakan oleh Indra adalah produk dari SB Acoustics, produsen driver speaker asli Indonesia juga. 

Tweeter-nya berilium, yang tadi kata saya liar, terus menggunakan 7,5 inch (tipe) Satori, dan woofer 12 inch yang Satori juga,” ucap Indra menjelaskan. 

Pada saat kami bertemu untuk wawancara, kami juga diberi kesempatan untuk mendengarkan secara langsung speaker Siwa ini. Kesan pertama yang kami dapatkan ketika mendengarkannya, adalah mewah. Speaker Siwa dapat menghasilkan reproduksi suara yang begitu clear, detail, dan dynamic range yang begitu baik. Bahkan kami merasa seperti sedang berada di live concert karena suara yang begitu nyata dan mirip seperti aslinya.

Cara terbaik untuk dapat merasakan kualitas speaker Traumakustik Siwa ini adalah dengan mendengarkannya secara langsung. Maka dari itu, menghadiri JIAVS 2025 adalah kesempatan untuk dapat merasakan pengalamannya. 

Nah, itulah wawancara kami bersama Indra Irawan, owner Traumakustik. Pada JIAVS 2025, Indra dan Traumakustik akan menempati kamar nomor 1616 di lantai 16. Jadi, buat kamu yang ingin hadir ke pamerannya kamu bisa langsung aja mengisi form registrasi di link https://jiavs.iheac.id/register.html dan registrasi ini gratis.

Informasi selengkapnya seputar JIAVS 2025 bisa kamu update dengan klik di sini atau kamu juga bisa hubungi kami di via whatsapp di nomor 0811-899-5380. Jangan lupa untuk subscribechannel YouTube Logisonic dan follow akun Tiktok @Logisonic untuk menyaksikan berbagai konten video menarik seputar JIAVS 2025.

Ingin kerja sama?

Kami terbuka untuk kolaborasi brand dan partnership seputar audio & home entertainment.

HiFi for everyone!

Dante Certification Level 3

Dante Level 3
Certified

Experience Center

Brooklyn Soho West 8E
Jl. Alam Sutera Boulevard No.Kav. 22 & 26, Pakualam, Kec. Serpong Utara, Kota Tangerang Selatan, Banten 15320, Indonesia

© 2023-2025 CV Logisonic Indonesia

HiFi for everyone!

Dante Certification Level 3

Dante Level 3
Certified

Experience Center

Brooklyn Soho West 8E
Jl. Alam Sutera Boulevard No.Kav. 22 & 26, Pakualam, Kec. Serpong Utara, Kota Tangerang Selatan, Banten 15320, Indonesia

© 2023-2025 CV Logisonic Indonesia

HiFi for everyone!

Dante Certification Level 3

Dante Level 3
Certified

Experience Center

Brooklyn Soho West 8E
Jl. Alam Sutera Boulevard No.Kav. 22 & 26, Pakualam, Kec. Serpong Utara, Kota Tangerang Selatan, Banten 15320, Indonesia

© 2023-2025 CV Logisonic Indonesia